Universitas Berkelas Dunia, Apa dan Bagaimana?
Sekarang, sering kita dengar berbagai jargon universitas di Indonesia sebagai “mantra” untuk menuju universitas yang berkelas internasional. Mantra-mantra seperti “The University with World Class Perspective”, “World Class University”, “Research University”, dst hendak digunakan untuk melecut semangat staf-nya untuk mewujudkan mantra tersebut. Kata motivator, “mantra” memang perlu diucapkan dan dicamkan untuk meraih cita-cita. Terlepas benar tidaknya pendapat ini, saya disini mencoba memahami apa dan bagaimana sebuah universitas berkelas dunia itu dinilai. Dan bagaimana agar kita bisa berkontribusi memajukan universitas kita?
Saat ini pengumuman rangking universitas di dunia versi QS top universities untuk tahun 2008 sudah dirilis. Untuk Indonesia peringkat itu adalah:
UI (287), ITB (315), UGM (316), sedang UNAIR, UNIBRAW, IPB dan UNDIP (> 500)
Kalau anda termasuk salah satu alumni universitas diatas, anda boleh berbangga. Setidak-tidaknya nama almamater anda tercantum dalam daftar emas top universitas di dunia.
Tetapi, bagi yang nama almamaternya belum masuk (kayak saya, he he he…) boleh komplain. Tetapi jangan ke saya, silakan komplain ke yang bikin rangking. Tetapi dari pada komplain dan pasti tidak ditanggapi, alangkah baiknya kita cari tahu saja bagaimana sih cara perangkingannya.
Setelah saya ubek-ubek web tersebut, ternyata ketemu juga metodologi perangkingan ini. Saya kopi-paste kan seperti dibawah ini:
Academic Peer Review: Composite score drawn from peer review survey-40%
Employer Review : Score based on responses to employer survey-10%
Faculty Student Ratio : Score based on student faculty ratio-20%
Citations per Faculty : Score based on research performance-20%
International Faculty : Score based on proportion of international faculty-5%
International Students: Score based on proportion of international students-5%
Dari kriteria, kita sebagai seorang university member (dosen/peneliti/mahasiswa) bisa ikut berkontribusi ke universitas lewat citations per faculty. Kopi paste tentang hal ini adalah sbb:
“Citations, evaluated in some fashion to take into account the size of institution, are the best understood and most widely accepted measure of research strength. Often calculated on a “per paper” basis, the THE – QS World University Rankings has adopted a “per faculty member” approach since its inception in 2004. The Citations per Faculty score contributes 20% to the overall rankings score.”
Trus, bagaimana mereka menghitung “sitasi” ini. Dari penjelasan, diketahui bahwa jumlah sitasi ditelusuri melalui Web of Science (Thomson Reuters), Scopus (Elsevier) dan Google Scholar. Khusus untuk perangkingan pada 2008, sitasi diperoleh dari “Scopus dated 23rd June”. Kesimpulannya, bobot 20% dihitung dari “sitasi” ke paper ilmiah yang di index oleh scopus.
Untuk meyakinkan ini, sebagai data pembanding, saya pernah melakukan surve kecil-kecilan dengan SCOPUS tentang jumlah paper (bukan jumlah sitasi) yang menggunakan nama universitas di Indonesia. Hasil surve saya ini adalah sbb:
DATA TAHUN 2007 (29 Nov 2007)
Indonesia
1. Indonesia University= 648
2. Gadjah Mada University= 470
3. Bandung Institute of Technology= 369
4. Bogor Agricultural University= 389
5. Diponegoro University= 167
6. Brawijaya University= 87
Dari sini, setidak-tidaknya kita bisa meraba dimana posisi universitas kita dan bagaimana kita mesti berbuat untuk universitas kita. Semoga ini menjadi ilham bagi kita dan khususnya saya untuk terus berkarya menyumbang sesuatu bagi universitas kita. Amien.